Sabtu, 26 Juli 2008

Jumat, 25 Juli 2008

"Go green! More Love to Our Earth"

"Global Warming" telah menjadi isu yang menyita perhatian manusia sejagat. Dalam definisi sederhana, "global warming" adalah kondisi naiknya suhu permukaan Bumi yang disebabkan peningkatan jumlah karbon dioksida dan gas-gas lain, atau gas rumah kaca yang menyelimuti Bumi dan memerangkap panas.

Terhitung mulai 3-14 Desember 2007 di Bali diadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) tentang perubahan iklim (UN Climate Change Conference 2007). Akan ada banyak hal yang didiskusikan para pemimpin dunia dalam konferensi ini sebagai upaya memperbaiki keadaan Bumi yang telah mengalami banyak kerusakan.

Lalu sebagai remaja, apa yang bisa kita lakukan untuk ikut berpartisipasi?

"Lima R dan Satu O", demikian ungkap Subandi, mantan Ketua OSIS sekolah Smart Ekselensia Indonesia yang sekarang menjadi Relawan Advokasi Bahaya Global Warming di sekolah.

Huruf "R" pertama adalah Refuse, menolak menggunakan barang yang tidak ramah lingkungan. Kedua adalah Reduce atau menggunakan barang seperlunya, menggunakan air seperlunya, mematikan alat pendingin pada ruangan yang kosong, dan mematikan barang elektronik jika tak digunakan.

Kemudian Reuse alias menggunakan barang bekas untuk kegunaan yang sama. Keempat, Recycle atau menggunakan barang bekas untuk kegunaan berbeda. Terakhir Rethink, yaitu mengubah paradigma lama yang cenderung eksploitatif dan merusak alam menjadi paradigma yang ramah lingkungan.

Sementara "O" yang memungkasi jargon kampanye "Go Green" adalah otarki alias menanami pekarangan dan penghijauan lingkungan. Otarki identik dengan Jepang. Keterbatasan tanah yang dapat ditanami serta etos kemandirian yang dimiliki menjadikan otarki tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Dalam definisi yang sederhana, otarki berarti budaya menanami pekarangan rumah dengan tanaman konsumtif, termasuk di dalamnya tanaman obat-obatan. Selama ini luas pekarangan rumah dan tanah kosong yang dimiliki mayoritas masyarakat Indonesia belum tergarap maksimal.

Untuk pekarangan rumah yang luasnya 1 x 2 meter, seseorang dapat menanam 1 pohon terong yang merambat, 1 pohon kunyit, 1 pohon jahe, 3 pohon cabai, 1 pohon tomat, dan 1 pohon lengkuas yang masing-masing ditanam dalam pot ukuran sedang. Sebagai penyejuk, bisa ditanam pohon belimbing, rambutan, mangga, jambu air, jambu batu, atau pohon lain yang buahnya berukuran kecil atau sedang.

Beruntunglah kita tinggal di Indonesia. Tidak sulit rasanya menumbuhkan tanaman dan pohon. Hal yang sulit justru menimbulkan etos menanam itu sendiri.

Nah, OSIS Smart Ekselensia tahun lalu mengagendakan otarki sekolah. Di areal tanah yang terletak di belakang sekolah, kami berkebun kangkung, bayam, ketela pohon, serta menanam pohon jambu biji dan jeruk.

Seluruh aktivitas otarki dilaksanakan siswa, mulai dari penyemaian bibit, penyiapan lahan tanam, pemberian pupuk kandang, hingga penanaman. Untuk menyemai bibit bayam, kami membuat bedengan yang disirami setiap pagi dan sore oleh siswa yang ditunjuk.

Beberapa minggu kemudian, kami memanen bayam dan kangkung. Divisi pemasaran mulai beraksi mendatangi guru-guru dan karyawan sekolah agar mereka membeli bayam dan kangkung dengan harga bersaing, plus bonus senyuman manis salesman kami.

Oh ya, program otarki ini juga diikuti beberapa guru yang menanam bayam dan cabai. Kami sih tidak menganggap guru-guru sebagai kompetitor di pasar bayam dan kangkung. Kami justru bersyukur karena telah menginspirasi orang lain untuk ikut menanam.

Sobat MUDA terkesan? Ayo menanam! Kita bisa berotarki di halaman belakang sekolah, pekarangan rumah, dan di pinggir jalan umum. Selain bisa mengurangi efek pemanasan Bumi, otarki juga bisa menambah kocek kita.

Bumi yang kita diami adalah anugerah Tuhan. Kita diamanahi mengelola dan menggunakan dengan bijak. Bumi yang sekarang sedang "demam" global warming perlu kita obati dengan "pil" 5-R dan "kapsul" O. Sekarang inilah saatnya kita berbuat, bukan lagi berdebat. Go Green, and More Love To Our Earth!

(Tim SMA Smart Ekselensia, Bogor, Jawa Barat)